; charset=UTF-8" /> Wartawan Tribun Batam di Caci Maki Ibu-Ibu PKK Lingga - | ';
'
'
| | 3,974 kali dibaca

Wartawan Tribun Batam di Caci Maki Ibu-Ibu PKK Lingga

Beginilah di saat Ian dihakimi PKK kabupaten Lingga

Beginilah suasana kertika Ian Sitanggang, wartawan Tribun Batam dihakimi dan di casi maki oleh ibu-ibu PKK kabupaten Lingga, Rabu (10/12).

Lingga, Kepri Info-Gara-gara menulis berita tentang kegiatan PKK Lingga yang menggelar “pelesiran” berkedok study banding ke Bandung dengan duit Negara alias APBD Lingga beberapa waktu lalu. Ian Sitanggang wartawan harian Tribun Batam dan Bintan News yang ditugaskan di kabupaten Lingga di serang hujatan dan perlakuan tidak menyenangkan dari 15 orang lebih ibu-ibu PKK di kantor PKK di jalan Istana Robat, Senin (08/12) lalu.
Dituturkan Ian, sebelum menulis berita tersebut dirinya sudah mengkonfirmasi ke bidang humas Pemkab, mempertanyakan study banding ibu-ibu PKK yang diduga menggunakan dana hibah pemerintah kabupaten Lingga. Namun konfirmasi tersebut tak digubris, Ian akhirnya mengirimkan berita tersebut ke redaksinya dan dinaikan berita yang ia tulis, namun hal tersebut membuat ibu-ibu PKK emosi.
Setelah  tim PKK pulang dari studi banding dari Bandung ke Lingga yang dipimpin langsung ketua PKK kabupaten Lingga, Hj Rosmawati Daria, istri orang nomor satu di Lingga ini, Kabid Humas Pemkab Lingga, Okta menelpon Ian yang meminta bertemu dengan ibu Rosemawaiti Daria untuk mengklarifikasi berita tersebut.

Mendapat telpon tersebut Ian, juga mengikuti instruksi dari kabid humas sesuai dengan prosedur kode etik jurnalistik.
Namun apa yang dikatakan Okta untuk bertemu dengan istri bupati tidak benar, melainkan bertemu dengan kurang lebih 15 orang anggota PKK kabupaten Lingga.”Saya di jebak, saya ditelpon Okta, katanya ingin dipertemukan sama ibu (Rosmawati Daria, red). Awalnya janjian jam 10.00 Wib, tapi tak jadi. Sudah itu, dia telpon lagi untuk membuat janji bertemu jam 14 00 Wib, akhirnya saya kesana dengan teman wartawan dari Haluan Kepri digiring Jasman, protokoler humas pemkab.”terang Ian.
Dilanjutkan.”Begitu saya sampai disana, mereka (ibu-ibu PKK,red) sudah ramai, kurang lebih 15 orang, saya langsung disuruh duduk dan diperlakukan seperti narapidana yang tidak punya pengacara.”tutur Ian, Rabu (10/12) pada media ini.
Dijelaskannya, sejumlah Ibu-ibu PKK kabupaten Lingga telah menunggu kedatangan Ian. Kekesalan dan emosi para ibu-ibu pejabat inipun terluapkan sudah. Mulai dari makian dan mengangap apa yang diberitakan Ian bukan fakta sebenarnya. Karena posisi terkepung, Ian tak dapat berkata banyak.”Saya bicara sedikit, ibu-ibu yang lain menimpali. Menyalahkan saya,dan di maki habis-habisan.”ungkapnya.
Pada awalnya, Ian beranggapan panggilan Okta, bahwa ibu Rosmawati yang memanggilnya ingin meluruskan masalah atau mengunakan hak jawab terkait pemberitaan. Namun, Ian diperlakukan semena-mena oleh ibu-ibu pejabat Lingga.”Disana, saya disuruh tulis berita permintaan maaf dan dibacakan lantang didepan mereka. Karena terpaksa dan tak ada pilihan lain, saya terpaksa. Keluar dari sana saya merasa tak senang sudah diperlakukan seperti ini.”ungkapnya.
Dia menuturkan, dicecar dengan kata-kata yang tidak menyenangkan.”Kamu tak punya otak, tidak punya hati, kamu belum tahu pokok permasalan, kamu juga belum mendapat info yang jelas tetapi kamu sudah berani menulis berita. Seharusnya kamu tidak boleh menulis berita sebelum ada konfirmasi dari kami (anggota PKK, red).” ungkap ian meniru ucapan istri Bupati Lingga dan Masulfrianty Asward, sekretaris PKK kabupaten Lingga,.
Ditambahkan Iang.”Memangnya kalau kami kesana jalan-jalan, tidak boleh ?. Ini uang kami, kami menabung dari sejak lama, kami membayar Rp 3 500 000 per-orang untuk berangkat ke Bandung, jangan bilang kami pakai uang PKK.” kata anggota PKK yang ada disana.

Menurut Ian, perlakuan tidak menyenangkan tersebut seharusnya tidak terjadi. Terlebih pemberitaan yang ia buat telah dikonfirmasi terlebih dahulu kepada kabid Humas, namun tak ada tanggapan kabid Humas.

Dia mengatakan, bahwa sebelum menulis berita tersebut sudah menghubungi Okta kabib humas Pemkab lingga, dan Okta mengatakan.”Tunggu dulu, saya cari informasi dan akan memberikan onformasi ke Ian. Tetapi sampai sore Okta tidak memberi kabar, Ian juga sudah menghubungi bendahara PKK Ibu Rubi, dan Ibu Rubi memberikan nomor telfon sekretaris PKK Masulfriyanty Asward. Namun nomor yang diberikan tersebut tidak aktif. Ian kembali menghubungi Rubi. Rubi menjawab bahwa agenda ibu-ibu PKK padat dan mungkin sedang di lokasi atau di jalan.”beber Ian.

Bahkan dengan jelas, di berita yang ditulis Ian, terbit tanggal 29 Desember 2014. Diakhir berita dituliskan,”Sampai berita ini ditulis belum ada konfirmasi dari pihak PKK, karena gedung kantor PKK di lilit rantai dengan rapi dan ujungnya disatukan dengan gembok warna kuning, jadi tidak ada yang bisa di konfirmasi.”tulis Ian dalam beritanya.
Sementara itu ditempat terpisah, Hendriza Soleh Gunadi, Direktur Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Lingga yang dikonfirmasi wartawan terkait soal keberangkatan tim PKK study banding ke Bandung, membenarkan jika BUMD dalam hal ini diminta menjadi travel guide.
Dalam perjalanan study banding tersebut, dikatakan Hendriza fokus perjalanan tim PKK Lingga adalah meninjau langsung industri-industri kecil yang ada di Bandung.”Kami diminta menjadi travel guide. Jadi dana pribadi dari ibu-ibu PKK masing-masing Rp 3.500.000 untuk membiayai keberangkatan mulai dari transportasi, akomudasi dan juga konsumsi. BUMD membuat paket tour ini semurah mungkin. Jadi dana yang mereka gunakan bukan dana APBD.”jelas Hendriza.
Dikatakannya lagi, study banding tersebut yang dilaksanakan PKK Lingga mengunjungi industri kecil seperti, pabrik susu tahu, kebun strobry, Industri sayuran dan tanaman hias.”Dititik beratkan kepada industri kecil, diantaranya pabrik tahu susu. Juga ke Perkebuanan bunga hias yang tanamannya banyak ada disini dan bisa dikembangkan disini.”ungkap Hendriza lagi. Mengenai apa yang menimpa Ian, Hendriza tak mau berkomentar banyak. Namun ia memastikan, jika keberangkatan tim PKK oleh ibu-ibu pejabat kabupaten Lingga tersebut bukan menggunakan dana APBD kabupaten Lingga melainkan dana pribadi.
Sementara apa yang menjadi pemberitaan beberapa waktu yang lalu, menurut Hendriza terlebih banyaknya opini yang berkembang perlu diklarifikasi kembali agar tidak ada pemberitaan miring dan menyinggung siapapun. Walau, bantahan istri Bupati Lingga dan Ibu-ibu PKK tersebut terkait pengunaan dana pribadi, dalam hal kunjungan kerja yang notebene dalam keperluan daerah, padahal selama ini Kuncuran APBD Lingga, terkait PKK Lingga nilainya ratusan juta Rupiah, namun hal ini masih jadi tanda tanya bagi Ian. Sebab, kegiatan study banding mengunakan dana pribadi seperti yang di sampaikan istri Daria dan anggota PKK kabupaten Lingga lainnya dinilai janggal.(amin)

Ditulis Oleh Pada Rab 10 Des 2014. Kategory Lingga, Terkini. Anda dapat mengikuti respon untuk tulisan ini melalui RSS 2.0. Anda juga dapat memberikan komentar untuk tulisan melalui form di bawah ini

Komentar Anda

Radar Kepri Indek